Hati-hatilah hai para gadis remaja yang ingin menurunkan berat badan demi bentuk tubuh yang ideal. Jangan terlalu getol berolahraga hingga terlalu kurus. Salah-salah bisa terkena osteoporosis!
"Cewek-cewek yang ke fitness center mau langsing, tapi jadi over langsing karena latihannya berlebihan. Ototnya bagus, tapi lemaknya habis. Jadi bisa terkena osteoporosis," ungkap dokter spesialis kesehatan olahraga Hario Tilarso kepada detikcom.
Hal ini disampaikan dia usai seminar Peranan Aktivitas Fisik dan Olahragara dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular yang digelar di Gedung Serbaguna Departemen Kesehatan, Kuningan, Jakarta, Selasa (26/12/2006).
Hario menjelaskan, mekanisme osteoporosis diawali dengan gangguan hormon. Hormon tidak bisa terbentuk karena bahan baku utamanya yakni lemak tidak ada. "Sehingga pembentukan hormon terutama estrogen terganggu," ujarnya.
Pada tubuh perempuan, hormon estrogen berperan mengatur siklus menstruasi. Bila hormon estrogen terganggu, maka siklus menstruasi ikut terganggu. Akibatnya perempuan tersebut bisa mengalami menopause sebelum waktunya.
"Gangguan menstruasi atau bahkan menopause ini yang menyebabkan osteoporosis. Tubuh akan mengambil zat-zat penyusun tulang untuk membentuk hormon sehingga tulang mengalami pengeroposan," imbuh suami instruktur senam Berti Tilarso ini.
Hario mencontohkan, gejala itu lazim terlihat pada atlet perempuan lari jarak jauh atau maraton. Hal terburuk yang bisa dialami adalah patah tulang punggung dan kelumpuhan. "Ini merupakan malpraktek di dunia kedokteran olahraga," cetusnya.
Lantas solusinya seperti apa? Yang terpenting, menurut Hario, berolahraga harus dilakukan dengan proporsional. Cukup 3-5 kali seminggu dengan variasi waktu antara 20-60 menit. "Tapi itu harus dilakukan dengan menerapkan prinsip FITTE (Frequency, Intensity, Time, Type dan Enjoy)," sarannya.
Jika prinsip tersebut dilakukan, tidak hanya sehat yang didapat, tapi bisa mengurangi dan mencegah penyakit seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes melitus, asma, obesitas hingga kanker.
"Cewek-cewek yang ke fitness center mau langsing, tapi jadi over langsing karena latihannya berlebihan. Ototnya bagus, tapi lemaknya habis. Jadi bisa terkena osteoporosis," ungkap dokter spesialis kesehatan olahraga Hario Tilarso kepada detikcom.
Hal ini disampaikan dia usai seminar Peranan Aktivitas Fisik dan Olahragara dalam Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular yang digelar di Gedung Serbaguna Departemen Kesehatan, Kuningan, Jakarta, Selasa (26/12/2006).
Hario menjelaskan, mekanisme osteoporosis diawali dengan gangguan hormon. Hormon tidak bisa terbentuk karena bahan baku utamanya yakni lemak tidak ada. "Sehingga pembentukan hormon terutama estrogen terganggu," ujarnya.
Pada tubuh perempuan, hormon estrogen berperan mengatur siklus menstruasi. Bila hormon estrogen terganggu, maka siklus menstruasi ikut terganggu. Akibatnya perempuan tersebut bisa mengalami menopause sebelum waktunya.
"Gangguan menstruasi atau bahkan menopause ini yang menyebabkan osteoporosis. Tubuh akan mengambil zat-zat penyusun tulang untuk membentuk hormon sehingga tulang mengalami pengeroposan," imbuh suami instruktur senam Berti Tilarso ini.
Hario mencontohkan, gejala itu lazim terlihat pada atlet perempuan lari jarak jauh atau maraton. Hal terburuk yang bisa dialami adalah patah tulang punggung dan kelumpuhan. "Ini merupakan malpraktek di dunia kedokteran olahraga," cetusnya.
Lantas solusinya seperti apa? Yang terpenting, menurut Hario, berolahraga harus dilakukan dengan proporsional. Cukup 3-5 kali seminggu dengan variasi waktu antara 20-60 menit. "Tapi itu harus dilakukan dengan menerapkan prinsip FITTE (Frequency, Intensity, Time, Type dan Enjoy)," sarannya.
Jika prinsip tersebut dilakukan, tidak hanya sehat yang didapat, tapi bisa mengurangi dan mencegah penyakit seperti hipertensi, jantung koroner, diabetes melitus, asma, obesitas hingga kanker.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar